Tugas Cerita Rakyat Sumba
NAMA: Andrianto Stefanus Geli
PRODI:
Bahasa dan Sastra Indonesia
SMESTER: 1
( Satu )
JANTUR
DAN MENUR
Jatur dan Menur
adalah saudara kembar.
Jatur adalah anak laki-laki dan Menur
adalah anak perempuan. Meskipun mereka kembar namun keduanya memiliki
kepribadian dan sifat yang jauh berbeda.
Menur memiliki
sifat dan kepribadian yang baik, rajin, penyabar,dan selalu membantu kedua
orangnya. Sifat jatur malah sebaiknya , dia pemalas, pemarah, selalu berbicara
kasar dan kotor, dan tidak pernah mau membantu kedua orang tuanya. Meskipun
begitu, Menur tidak pernah bosan menasihati dan mengingatkan Jantur akan
sikapnya itu.
Suatu hari,
Jantur pulang dengan perut kosongnya yang minta di isi.
“ Menur ! Di
mana kamu? Cepat bawahkan makanan, aku sudah lapar ni!” bentuk Jantur memanggil
Menur.
“ Sabarlah
Jantur, aku sedang memasak, semua makanan belum siap. Tunggulah sebentar lagi.”
Jawab Menur dengan lemah lebut.
“Nah, sambil
menunggu, bagaimana kalau kamu membantuku membersihkan lantai? Ayah dan Ibu
akan segerah pulang.”lanjut Menur.
“Aaahh… lama!”
bentak Jantur.
“ Kamu ini
selalu lamban. Perut kosongku ini tidak bisa menunggu, tahu!” lanjut Jantur
dengan nada suara tinggi .
Kemudian, Jantur
memaki dan mengata- ngatai Menur dengan
umpatan dan kata-kata kasar. Mendengar makian itu, hati Menur terluka dan ia
pun menangis.
Tidak lama
kemudian, orang tua Jantur dan Menur tiba di rumah. Menur pun segera menemui
keduanya dan menceritakan semua yang di alaminya serta perbuatan Jantur pada.
Ayah pun menasihati Jantur, namun dasar Jantur anak durhaka, Ia tidak mau
mendegarkan apapun yang di katakana oleh ayah nya, bahkan kemarahannya semakin
menjadi-jadi. Orangtua Jantur tidak dapat berbuat apa-apa terhadap anak laki-laki satu-satunya.
Suatu hari,sikap
buruk Jantur semakin menjadi-jadi,bahkan semakin parah. Ia tegah mengusir kedua
orang tuanya dan juga Menur untuk pergi meninggalkan rumah. Jika tidak,ia akan
mengamok sejadi-jadinya, bahkan berani melukai keluarganya.jelaslah,kedua orang
tua jantur dan juga saudaranya,menur sangat terpukul dan sedih menerima
kenyataan itu. Dengan perasaan berat hati dan kecewa,akhirnya terpaksa
merekapun pergi meninggalkan rumah.
Kini tinggallah
jantur seorang diri mengisi rumah orang tuanya. Ia merasa senang dan bebas
melakukan apapun di rumah orang tuanya tanpa ada gangguan dari siapapun.
Jantur
benar-benar menikmati kesendiriannya. Bahkan,ia bersenang-senang sepuasnya
dengan menggunakan uang serta harta orang tuanya. Tidak ada yang ia lakukan
setiap harinya,kecuali bersenang-senang.hanya itu dan itu yang jantur
kerjakan,uang,harta benda,dan hewan-hewan ternak semua di hamburkannya demi
kesenagan pribadinya.
Kehidupan jantur
setiap hari hanya bersenang-senang,tidak belajar,tidak pula kerja. Suatu hari,seluruh
harta orang tuanya habis tak tersisa karena di pakai untuk berfoya-foya.kini
jantur tidak memiliki apa-apa lagi untuk di jual, kecuali satu pakaian yang
melekat di badan.
Berbeda dengan
jantur,Menur kini hidup tenang bersama orang tuanya di suatu tempat.
Meskipun,pada saat dia dengan orang tuanya di usir dari rumah oleh
jantur,mereka tidak memiliki apa-apa. Namun, karena mereka rajin bekerja maka
tidak lama kemudian nasibpun mengubah segalanya.kini mereka dapat kembali tinggal
di suatu rumah,harta benda yang cukup,serta memiliki bermacam hewan ternak.
Menur dan kedua orang tuanya kini kembali hidup makmur.Lalu,bagaimana nasib
Jantur?
Jantur yang
malas dan suka berfoya-foya,akhirnya menggelandang,punya harta satu sen pun,
apa lagi rumah.semuanya ludes untuk foya-foya dan bersenang-senang kini hidup
jantur menjadi sengsara dan penuh penyesalan. Di tambah lagi dengan penyakit
kulit berupa bopeng-bopeng hitam di seluruh tubuhnya. Kini badan jantur semakin
kurus kering.
Jantur tidak tahu
harus pergi kemana.tujuannya tidak berarah . Ia hanya berjalan tak tentu arah.
Hingga suatu hari Jantur pun tiba di rumah baru orang tuanya. Kebetulan pada
saat itu ada Menur yang sedang menyapu halaman rumah. Pada mulanya mereka tidak
saling kenal. Menur mengirah bahwa Jantur
hanyalah gelandangan biasa yang memintah belas kasihan.
“ Kamu lapar?
Ini ada sedikit makanan untukmu.” Kata Menur sambil menawarkan makanan.
Jantur yang
tidak mengenal saudara kembarnya itu sangat senang dengan pemberian Menur. Akan
tetapi, setelah di perhatikan akhirnya Menur menyadari sesuatu, bahwa pengemis
kumal di depannya adalah Jantur.
“ Jantur? Apakah
itu kamu, kak?”
“ Ayah, Ibu,
Jantur ada di sini!!” Teriak Menur memanggil kedua orang tuanya.Tidak lama
kemudian, keduanya datang menghampiri Menur .
“ Jantur anakku
, apa yang terjadi denganmu, nak? “ kata ibu.
Mendengar itu,
Jantur pun terperangan. Ia menangis tidak memercayai apa yang di hadapinya .
“ Ibu, apakah
ini benar ini ibu? Ayah,Ibu,dan Menur ! Mohon ampunilah Jantur. Tuhan telah
menghukum Jantur. Jantur menderita penyakit kulit, menggelandang, dan harus
mengemis untuk sesuap nasi. Jantur telah melakukan banyak keburukan kepada
kalian semua. Jantur mohon, ampunilah Jantur. Jantur berjanji kemudian, keduanya kembali berkelahi. Meeka
berguling-guling, saling gigit. Tidak ada satu pun yang mau mengalah. Saking
lamanya mereka berkelahi, akhirnya mereka pun kehilangan makan siangnya.
Setelah beberapa
jam, akhirnya sura dan Baya menghentikan perkelahian mereka. Rupanya keduanya
sama-sama kelelahan. Akhirnya, keduanya sadar, jika setiap kali berkelahi
memperebutkan makanan, maka mereka tidak akan mendapatkan apa-apa, kecuali muka
bonyok dan perut lapar. Akhirnya, Sura mengajukan usulan kepada si Baya. Usulan
tersebut di maksudkan untuk menghentikan kelakuan buruk keduanya.
“ Hei, Sura.Aku
cape berkelahi terus”kata si Baya.
“ Aku juga,
Baya.” Jawab si Sura
“Lantas bagaimana,
ya caranya supaya kita tidak terus-menerus berkelahi?”Tanya si Baya.
“Ah, aku punya
ide, Baya. Bagaimana kalau kita berbagi wilaya perburuan. Aku di laut dan kamu
di darat. Sebagai batasannya adalah pantai. Bagaimana menurutmu Baya?”Jelas si
Sura panjang lebar.
“ Itu ide bagus.
Aku setujuh sekali, Sura.” Jawab si Baya menyetujui.
“ Baiklah. Mulai
hari ini kita membagi wilaya buruan kita, kamu di darat dan aku di laut.” Kata
si Sura.
“ Baik, mulai
hari, aku tidak akan pernah pergi ke laut lagi. Daratan adalah wilayahku mulai
saat ini.”kata si Baya.
Mulai saat itu
keduanya tinggal di dua tempat yang berbeda, si Baya di darat dan si Sura di
laut. Akan tetapi, satu hari mereka tidak dapat menemukan makanan, baik Sura
maupun Baya. Keduanya tidak mendapatkan apapun untuk di makan. Karena saking
laparnya dan tidak bayak makanan di laut, maka Sura pun pergi ke darat dan
mencari makanan di sungai.
Ternyata
perburuan Sura di sungai di ketahui oleh si Baya. Ia sangat marah. Baya
menganggap Sura telah melanggar perjanjian dan sumpahnya.
“ Hei, Sura!
Sedang apa kamu disini? “ hardik si Baya. Lanjutnya.” Ini adalah wilayahku. Di
laut sana!”
“ Tapi, kan di
sungai ada airnya!” kila si Sura.
“ jadi, ini
wilayahku juga dan aku boleh mencari makan disini!”lanjut si Sura.
Tidak terima apa
yang di katakana si Sura, akhirnya si Baya menerjang si Sura dan perkelahian
pun tidak dapat di hindari lagi. Mereka saling pukul. Sura mengigit ekor si
Baya, begitu pun dengan si Baya, ia membalas mengigit ekor si Sura.
Rupanya gigitan
si Baya begitu keras sehingga membuat ekor si Sura terluka cukup para dan
mengeluarkan bayak darah. Sura pun akhirnya menyerah dan mengaku kala, ia pun
kembali ke laut. Melihat hal itu, Baya sangat senang sekali karena ia dapat
menjaga wilayahnya dan mengalakan si Sura.
Tempat
perkelahian antara si Sura dan si Baya begitu sembraut. Terdapat darah
dimana-mana. Kemudian, orang-orang mulai bayak yang menceritakan tentang kisah
pertarungan antara Sura si ikan hiu dan Baya si buaya yang sangat itu. Kemudian,
orang-orang menamai tempat tersebut dengan nama Surabaya, yaitu gabungan dari
Sura si Hiu dan Baya si buaya.
Orang-orang juga
mengabadikan pertarungan tersebut dengan membuat sebuah tubuh buaya dan hiu
yang sedang bertarung. Tubuh tersebut menjadi symbol dan ciri khas Surabaya.
1.
Unsur mitosnya adalah kedurhakaan Jantur terhadap
orang tua dan saudara kembarnya Menur.
2.
Unsur budayanya ialah pertarungan antara Sura si
ikan hiu dan Baya si buaya yang sangat sngit itu. Kemudian, menamai tempat
tersebut dengan nama Surabaya, yaitu gabunnagn dari sura si hiu dan Baya si
buaya.
3.
Unsur
sosialnya sebaiknya kita tidak
boleh meniruh sikap yang di buat oleh jantur, dan kita sebaiknya meniru sikap
Menur saja.
4.
Hubungannya dengan kehidupan
sekarang adalah dengan adanya perkelahian antara Sura si ika hiu dan Baya si buaya maka masyarakat akan
menamai tempat tinggalnya Surabaya’yaitu gabungan dari Sura si hiu dan Baya si
buaya. Jadi, dengan adanya nama ini maka masyarakat akan menjadikan simbul
kebudayaan mereka.
Komentar
Posting Komentar